Jumat, 11 Juli 2014

CRITICAL BOOK KOMUNITAS TIONGHOA DI SUMATERA BARAT



KOMUNITAS TIONGHOA DI SUMATERA BARAT
A.   Identitas Buku

Judul buku                                          : Asap Hio di Ranah MinangKomunitas Tionghoa
                                                               Di Sumatera Barat
Penulis                                                 : ERNIWATI
Pengantar                                            : Bambang Purwanto
Tahun                                                  : 2006
Penerbit                                               : Yayasan NABIL
Kota penerbit                                      : Yogyakarta
Jumlah Halaman                                  : 175 halaman
Ukuran                                                : 14 x 21 cm
ISBN                                                   : 979-3472-61-8

















B.     Ringkasan Isi Buku
Masuknya masyarakat Tionghoa di latar belakangin karena mereka ingin melakukan perdagangan dan membutuhkan rempah-rempah yang ada di Indonesia seperti, cengkeh, pala, lada, emas, kulit manis. Terjalinnya hubungan dagang orang Tionghoa dengan masyarakat Sumatera Barat membuat pembangunan didaerah terpencil menjadi lebih baik karena masyarakat Tionghoa juga memberikan dana bantuan terhadap pendidikan di Sumatera Barat. Terbentuknya pemukiman Tionghoa di Indonesia tidak terlepas dari struktur pemukiman yang telah terbentuk di sepanjang wilayah Asia Tenggara pada masa lalu. Petumbuhan pemukiman Tionghoa terjadi secara pesat,ketika imigran Cina datang seiring dengan meningkatnya kegiatan Belanda untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia.
Pedagang Tionghoa dapat dikatakan lebih sukses jika di bandingkan pedagang Minangkabau yang juga terkenal dengan kehebatannya dalam berdagang. Hal ini karena masyarakat Tionghoa dalam berdagang menggunakan system perkongsian dan memanfaatkan hubungan dagang dengan para pejabat yang malah jarang dilakukan para pedagang pribumi. Kenapa mereka menjalin hubungan dengan para penguasa baik dari colonial maupun dari pribumi, hanya satu tujuan mereka yaitu masyarakat Tionghoa memerlukan perlindungan dari hukum dan pesaing dagang mereka, sedangkan para penguasa membutuhkan uang untuk menjaga prestise sosial mereka, maka dari hubungan tersebut masyarakat Tionghoa memanfaatkan untuk mengembangkan aktivitas ekonomi mereka.
Dalam konteks sosial, kehidupan orang Tionghoa di Sumatera Barat pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan orang Tionghoa yang tinggal di daerah lainnya di Indonesia. Mereka menganut system kekerabatan bilineal, membentuk perhimpunan atau organisasi khusus Tionghoa yang berdasarkan suku, perhimpunan dagang, politik, sosial, kematian,dan organisasi untuk memperjuangkan kepentingan mereka di Sumatera Barat. Dalam bidang pendidikan, pada mulanya anak Tionghoa tertinggal jika dibandingkan dengan anak pribumi. Mereka mulai mendapatkan pendidikan setelah Tiong Hoa Hwe Koan mendirikan sekolah pada tahun 1901. Dan anak –anak Tionghoa juga bisa bersekolah yang didirikan oleh kelompok tertentu seperti yayasan Studeidfonds Minangkabau di Fort de Kock, dan di sekolah rakyat bersama dengan anak pribumi.
Bentuk rumah tangga masyarakat Tionghoa didasarkan pada system kekerabatan keluarga luas. Sampai akhir abad ke-19 rumah tangga masyarakat Tionghoa masih menganut bentuk keluarga seperti ini, namun sejak system perkampungan Tionghoa dihapuskan pada tahun 1914, lambat laun bentuk- bentuk keluarga tadi mengalami perubahan. Dalam perkembangannya, sebagai akibat dari adaptasi dan sosialisasi yang terjadi dengan penduduk local, system kekerabatan yang dianut sudah cenderung kearah kekerabatan dan leluhur pada pihak perempuan, seperti system kekeluargaan matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Bahkan kemudian banyak komunitas Tionghoa yang menganut system kedua kekerabatan bilineal, yaitu keluarga dari pihak ayah dan ibu adalah kerabat. System kekerabatan ini tidak berpengaruh kepada system ahli waris yang dianut oleh orang Tionghoa di Sumatera Barat dimana warisan tetap lebih menguntungkan patrilineal.
Dari sisi budaya, masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat sebagai besar masih mengembangkan kebudayaan leluhur mereka dalam kehidupan sehari-hari, contohnya orang Tionghoa di tempat lainnya di Indonesia, dapat dilihat dalam perayaan –perayaan hari besar dan kebudayaan Cina yang masih tetap dilaksankan. Mereka lebih banyak menganut ajaran Konghucu, Agama Budha dan sebagian kecil lainya menganut agama Katolik,Kristen Protestan serta Islam.
Secara politik, masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat juga tidak jauh dengan masyarakt Tionghoa uang bertempat tinggal di daerah lainnya. Salah satu contoh aktivitas politik orang Tionghoa hanya sebatas untuk memperjuangkan kepentingan mereka dan melakukan propaganda-propoganda untuk mengembangkan gerakan nasionalis Cina.
Dalam konteks ekonomi, keberadaan orang Tionghoa di Sumatera Barat menjadi hal yang menarik dalam pembahasa Karena orang Tionghoa berkembang dan beraktivitas ditengah-tengah masyarakat yang juga memiliki kemampuan untuk bersaing di bidang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari peran mereka sebagai pedagang, terutama sebagai pedagang perantara dan eceran yang sudah di mulai sejak awal kedatangan mereka di pantai Pariaman.
Dalam segala aspek sudah kita lihat bagaimana berkembangnya komunitas Tionghoa di Sumatera Barat, dan kita juga melihat keunikan Tionghoa dari keberadaan mereka di tengah-tengah  masyarakat Minangkabau yang memilki kemampuan untuk bersaing  dalam bidang ekonomi, serta memilki budaya dan system sosial yang sulit di masukin orang asing. Tetapi berkembangnya orang Tionghoa di tengah masyarakat Minangkabau dengan segala strata sosial dan budaya leluhurnya, bahkan mampu menggeser kedudukan pedagang Minangkabau tanpa menimbulkan konflik. Karena masyarakat Tionghoa mampu bersosialisasi dengan penduduk Sumatera Barat.
Meningkatnya jumlah imigran Tionghoa ke kawasan Asia Tenggara pada dasaranya disebabkan oleh beberapa factor yaitu intern dan ekstren. Factor intern disamping bencana alam dan kekacauan politik Negara yang juga menjadi factor pendorong meingkatnya imigaran Tionghoa adalah ajaran kunfusianis tentang pengelompokan masyarakat berdasarkan potensinya. Fakktor esktern yang mendorong peningkatan imigran Tionghoa ke Indosnesia adalah karena dibukannya perkebunan dan pertambangan secara besar-besaran di Sumatera. Kekurangan tenaga kerja membuat Pemerintah Hindia-Belanda mendatangkan buruh dari cina sekitar tahun 1860-1890an.
Didalam informasi yang ada didalam buku ini masyarakat Tionghoa pertama kali datang ke Indonesia tidak lain ingin mengeksploitasi  sumber daya alam yang ada di Indonesia. Apalagi dengan kondisi daerah pesisir penduduk dari berbagai suku dari pedalaman Minangkabau hidup berdampingan dengan pendatang asing lainnya, seperti pedagang dari Cina,Arab,India,ataupun Eropa. Kemampuan orang Tionghoa melakukan sosialisasi dengan penduduk Sumatera Barat didukung adanya kerja sama dalam bidang perdagangan yang terjalin antara pedagang  Minangkabau dan pedagang Tionghoa. Pedagang Minangkabau membutuhkan orang Tionghoa yang memilki jaringan perdagangan Internasional di Selat Malaka dan Batavia, selain itu orang Tionghoa juga membutuhkan sebagai penghubung antara penduduk dengan pedagang eropa, eksportir seberang dengan petani dan sebagai tempat untuk memperoleh barang-barang impor yang tidak dapat di produksi sendiri.

.




C.   Penilaian Terhadap Buku
Ø Kelemahan Buku
Pada buku Erniwati, Kajian tentang Asap Hio di Ranah Minang,Komunitas Tionghoa Di Sumatera Barat. Dengan konsep kata dan kalimat sebenarnya kurang dimengerti pembaca karena terlalu banyak kata- kata istilah dalam isi buku, dan memang ada catatan kaki tetapi hampir kebanyakan catatan kaki yang tercantum. Sehingga membuat pembaca untuk tidak konsentrasi dalam membaca dengan harus melihat-lihat lagi catatan kaki untuk mengetahui apa artinya. Buku ini lebih banyak mengutip dari buku lain dari pada pemikiran atau analisa sepenulis sendiri. Sehingga kita dapat melihat analisa penulis terhadap masalah yang ada di buku tersebut.
Jika dilihat dari isi buku kebanyakan penulis menceritakan tentang bagaimana masuknya pemerintah Hindia –Belanda dari pada bagaimana masuknya masyarakat Tionghoa ke Indonesia. Sehingga pembaca harus membaca lebih detail agar inti dari berkembangnya masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat dapat dipahami. Menurut saya berkembangnya komunitas Tionghoa di Sumatera Barat membuat masuknya budaya- budaya baru terhadap masyarakat Tionghoa sendiri.
Seharusnya didalam buku tersebut lebih banyak ditampilkan gambar agar pembaca juga melihat bagaimana perkembangan masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat. Tetapi didalam buku sedikit sekali gambar- gambarnya.












Ø Kelebihan Buku
Pada buku Erniwati ,bahwasanya banyak sekali kelebihan-kelebihan pada isi buku. Informasi  tentang perkembangan masyarakat Tinghoa di Sumatera Barat begitu sangat jelas mulai dari masuknya masyarakat Tionghoa ke Indonesia , berkembangnya di masyarakat Minangkabau dan mulai menjadi sebuah komonitas di Sumatera Barat. Banyaknya informasi yang diberikan penulis membuat membaca akan mengerti bahwasanya masyarakat Tionghoa mampu bersaing dagang dengan masayarakat Minangkabau yang pada dasarnya, suku Minangkabau adalah suku yang juga sukses dalam berdagang.
Penulisan buku tersebut sangat bagus dan jelas, ditambah lagi penulis juga menampilkan gambar-gambar didalam buku, dan menurut saya itu menambah dayak tarik untuk membaca dan ingin tahu bagaimana perkembangan masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat. Didalam buku tersebut penulis juga menceritakan dengan fakta dan benar-benar terjadi di Indonesia ini. Masyarakat Tionghoa juga sudah menjadi masyarakat minoritas yang mendiami Negara Indonesia, saling bergantung satu sama lain membuat hubungan masyarakat Tionghoa dan Minangkabau menjadi erat dan saling menghargai.
Dalam buku ini juga memuat Glosarium sebagai kamus kecil untuk meperjelas pengertian dari istilah- istilah yang ada di dalam buku. Dengan adanya itu sangat membantu pembaca untuk menambah wawasan tentang berkembangnya Masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat. Didalam buku ini juga gaya bahasa sangat bagus mudah dipahami oleh pembaca, sehingga kata- katanya  mudah dimengerti. Tidak menyulitkan pembaca dalam membaca dan memahami isi buku.
Penulis juga menambah kan Indeks dihalaman belakang buku dan itu sangat bagus karena menambah informasi juga terhadap pembaca. Buku ini juga meberikan informasi kepada pembaca bagaimana perkembangan masyarakat Tionghoa di Indonesia dan khususnya di Sumatera Barat, itu berarti Indonesia juga memeiliki keanekaragaman suku bangsa dan budaya.



                                     Kesimpulan
Dari isi buku yang sudah dibaca kita dapat menyimpulkan bahwa masuknya orang Tionghoa ke Indonesia khususnya ke Sumatera Barat itu dapat membuktikan bahwa penduduk Indonesia menerima dan  mengahargai penduduk luar yang bertempat tinggal di Indonesia. Karena kita manusia sebagai makhluk sosial itu saling membutuhkan satu sama lain. Berkembangnya orang Tionghoa yang datang  ke Indonesia ternyata juga memiliki perbedaan. Perbedaannya antara lain terlihat dari suku-suku orang Tionghoa  yang  di kelompokkan berdasarkan dialek bahasa. Konsep keturunan masyarakat Tionghoa yang juga berdasarkan patrilineal, patrilokal, dan patriakal yang mengakui hanya melalui laki-laki, sehingga garis keturunan yang berasal dari ibu itu adalah kerabat luar.
Dalam pembahasan juga penulis menceritkan adanya Orang Tionghoa peranakan dan mereka bertempat tinggal di pusat kota dan berusaha dalam bidang perdagangan, sebagian orang Tionghoa peranakan yang mengembangkan kebudayaannya sendiri yang sudah di pengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau. Salah satu ciri orang Tionghoa perankan di Sumatera Barat adalah bahasa yang mereka gunakan  sehari-hari, yaitu bahasa Minangkabau dengan dialek Tionghoa.

                                               Saran


1.      Seharusnya penulis lebih menyederhanakan lagi gaya bahasa agar lebih dimengerti oleh pembaca.
2.      Lebih banyak lagi menampilkan atau memuat gambar- gambar di dalam buku








DAFTAR PUSTAKA

Erniwati.  2006. Asap Hio Di Ranah Minang ,Komunitas Tionghoa Di Sumatera Utara. Ombak:  yayasan NABIL