BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Proses denudasi merupakan proses yang cenderung
mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses
yang utama adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan
saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih
sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak
berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lereng kaki perbukitan
menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional
terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga
disebut satuan struktural denudasional.
Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk),
kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan
aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto
udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat
dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak
lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan
atau kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di
lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan
longsor lahan lebih sering dijumpai.
Proses denudasional dimaksudkan
besarnya/volume material permukaan bumi yang lepas dan terangkut oleh berbagai
tenaga gemorfologi persatuan luas dlam waktu tertentu. Proses –proses tersebut
dapat berupa erosi dan gerak massa batuan. Dengan demikian maka daerah yang
ditinggalkan oleh material tersebut maupun daerah hasil deposisi material
akibat gravitasi dikenal sebgai fenomena permukaan bumi yang terdenudasi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
definisi bentuk lahan denudasional?
2. Bagaimana
ciri-ciri dari bentuk lahan tersebut?
3. Bagaimana
proses bentuk lahan denudasional?
4. Apa
saja satuan bentuk lahan denudasional ?
5. Apa
saja dampak proses bentuk lahan denudasional ?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
definisi bentuk lahan denudasional
2. Mengetahui
cirri-ciri dari bentuk lahan tersebut
3. Mengetahui
proses bentuk lahan denudasional
4. Mengetahui
satuan bentuk lahan denudasional
5. Mengetahui
dampak proses bentuk lahan denudasional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bentuk Lahan Denudasional
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal
denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat
proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno.
2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi,
sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.M. W. Davis mengemukakan
adanya3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan struktur geologi,
proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya factor tersebut maka dalam
evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium muda, stadium
dewasa, stadium tua.
Proses denudasi merupakan proses
yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses
penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan yang
memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan
massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material
mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada
lerengkaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur.
Kadang proses denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat
pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan struktural denudasional.
Proses denudasional sangat
dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan lereng, curah hujan
dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak
kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak
kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai
miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back
erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses geomorfologi
selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki
lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan
topografi perbukitan atau gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses
pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk strukturnya tidak nampak
lagikarena adanya gerakan massa batuan
B. Ciri-ciri Bentuk Lahan
Asal Denudasional
Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
A. Relief
sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
B. Tidak
ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
C. Dapat
dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
D. Relief
lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untu
merinci satuan
bentuk lahan
E. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk
merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
C.
Proses
Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi meliputi proses :
1. Pelapukan ( Weathering)
Denudasi meliputi proses :
1. Pelapukan ( Weathering)
Pelapukan (weathering) dari perkataan
weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan
adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan
di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan diartikan sebagai
proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963)
pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan
terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Akibat dari proses ini pada batuan
terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu
bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah
berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah
terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya
sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat
dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain.
Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan.
Faktor-faktor
yang memepegaruhi :
1. Jenis
batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan).
Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
2. Iklim,
terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.
Contoh:
-Iklim kering, jenis pelapukannya
fisis
- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.
- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.
3. Vegetasi,
atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan
batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.
- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.
- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
4. Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
2. Erosi dan Gerak Massa Batuan ( Mass Wasting )
Gerakan Massa Batuan ( mass wasting )yaitu
perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh
pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang
menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang
memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan
secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa
batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa
pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai
pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang
dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada
dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.
Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara lain:
1. Kemiringan lereng,
Makin
besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar peluang
terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.
2. Relief lokal,
Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup
besar, misal kubah, perbukitan mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass
Wasting.
3. Ketebalan
hancuran batuan(debris) diatas batuan dasar,
Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan
dasar makin tebal hancuran batuan yang berada diatas batuan dasar, makin besar
pula peluang untuk terjadinya Mass Wasting, karena permukaan yang labil makin
besar pula.
4. Orientasi bidang lemah dalam batuan
Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang
lemah dalam batuan, karena orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih
dahulu kemudian materi yang lapuk akan bergerak.
5. Iklim
Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat
atau lambatnya Mass wasting.
Erosi
adalah suatu proses penghancuran tanah dan kemudian dipindahkan ke tempat lain
oleh kekuatan air, es, angin, dan gravitasi. Karena itu, berdasarkan
penyebabnya erosi dapat disebabkan oleh air, gelombang air laut, es atau
gletser, angin, dan gravitasi.
Ø Erosi
oleh air
Air mampu membawa partikel-partikel batuan atau tanah dan memindahkannya ke tempat lain. Air hujan mampu menghancurkan tanah dan membawanya ke tempat yang lebih rendah. Air hujan yang terkumpul dan membentuk sungai juga mampu mengerosi tanah pada bagian dasar dan tebingnya sehingga terbentuk parit dan sungai yang lebih besar.
Di pantai, gelombang air laut juga dapat mengerosi pantai sehingga garis pantai semakin mundur ke arah daratan. Erosi oleh gelombang laut di daerah pantai ini dikenal dengan istilah abrasi. Hasil abrasi dapat berbentuk dinding pantai yang curam (cliff), dataran abrasi, relung (lekukan pada dinding cliff), batu layar (stack), dan gua pantai (sea cave).
Air mampu membawa partikel-partikel batuan atau tanah dan memindahkannya ke tempat lain. Air hujan mampu menghancurkan tanah dan membawanya ke tempat yang lebih rendah. Air hujan yang terkumpul dan membentuk sungai juga mampu mengerosi tanah pada bagian dasar dan tebingnya sehingga terbentuk parit dan sungai yang lebih besar.
Di pantai, gelombang air laut juga dapat mengerosi pantai sehingga garis pantai semakin mundur ke arah daratan. Erosi oleh gelombang laut di daerah pantai ini dikenal dengan istilah abrasi. Hasil abrasi dapat berbentuk dinding pantai yang curam (cliff), dataran abrasi, relung (lekukan pada dinding cliff), batu layar (stack), dan gua pantai (sea cave).
Ø Erosi oleh angin
Erosi oleh angin ini melibatkan dua proses, yaitu hilang atau pindahnya partikel-partikel yang sangat halus oleh angin (deflasi) dan rusaknya permukaan batuan oleh hantaman partikel-partkel yang terbawa bersama-sama dengan angin (aeolian abration). Erosi yang disebabkan oleh angin ini banyak terjadi di daerah gurun. Bentuk yang dapat dijumpai sebagai hasil pengerjaan oleh angin tersebut adalah berupa batu jamur.
Erosi oleh angin ini melibatkan dua proses, yaitu hilang atau pindahnya partikel-partikel yang sangat halus oleh angin (deflasi) dan rusaknya permukaan batuan oleh hantaman partikel-partkel yang terbawa bersama-sama dengan angin (aeolian abration). Erosi yang disebabkan oleh angin ini banyak terjadi di daerah gurun. Bentuk yang dapat dijumpai sebagai hasil pengerjaan oleh angin tersebut adalah berupa batu jamur.
Ø Erosi
oleh es atau gletser
Aliran es yang mencair dapat mengakibatkan erosi pada permukaan tanah atau batuan yang dilaluinya. Selain oleh es itu sendiri, aliran ini juga membawa batuan-batuan hasil pelapukan yang bertumbukan dengan permukaan tanah atau batuan yang dilaluinya.
Aliran es yang mencair dapat mengakibatkan erosi pada permukaan tanah atau batuan yang dilaluinya. Selain oleh es itu sendiri, aliran ini juga membawa batuan-batuan hasil pelapukan yang bertumbukan dengan permukaan tanah atau batuan yang dilaluinya.
3.
Proses
Pengendapan ( Sedimentasi )
Sedimentasi adalah proses pengendapan material hasil
erosi air, angin, gelombang laut dan gletsyer. Material hasil erosi yang
diangkut oleh aliran air akan diendapakan di daerah yang lebih
rendah. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses
pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit
pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan
dari material-material yang diangkut oleh angin. sedimentasi dapat dibedakan:
a.sedimentasi air terjadi di sungai. b.sedimentasi angi biasanya disebut
sedimentasi aeolis c.sedimentasi gletser mengahasilkan
drumlin,moraine,ketles,dan esker.
Macam-
macam Sedimentasi :
a.
Sedimentasi oleh air
b.
Sedimentasi oleh angin
c.
Sedimentasi oleh gletser
D.
Satuan
Bentuk Lahan Asal Denudasional
1. Pegunungan
Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai
topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi
antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.Mempunyai lembah yang
dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses
pendalaman lembah (valley deepening).
2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan
bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%, perbedaan tinggi
(relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung
pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna
lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau
tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di
pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan
oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang
sangat curam.
3. Dataran
Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada
pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut
menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut
dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan
yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut
masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan
planasi.
4. Perbukitan
Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan
mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus
menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit
sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock)
dan banyak singkapan batuan (outcrop).
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit
terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan
topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki
pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki
langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat
fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air
ke daerah yang lebih rendah.Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan
terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk
membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut
monadnock.
5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas
koluvial (coluvial van)
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas
dengan lereng curam (350). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari
ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang
hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex)
sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah
kerucut talus.
6. Lereng
Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif
sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga
sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau
dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk
(bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan
daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
7. Lahan
Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai topografi
dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga
mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir
tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat
aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
8. Rombakan
Kaki Lereng
Rombakan kaki lereng meurpakan debris batuan yang
terkumpul di kaki jurang/tebing lereng.
E. Dampak Proses Bentuk
Lahan Asal Denudasional
Proses bentuk lahan denudasional adalah
erosi, mass wasting, dan juga pelapukan. Ketiga proses tersebut memberikan
dampak atau pengaruh bagi lahan di permukaan bumi. Selain, menyebabkan
terbentuknya lahan baru seperti yang telah dijelaskan di atas (contoh satuan
bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses tersebut juga membawa dampak
lain.
Dampak
Erosi
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya
sangat luas, diantaranya :
a. Penurunan Produktivitas
tanah akibat hilangnya bahan organik yang terkandung di dalam tanah. Bahan
organik tersebut merupakan bahan utama penentu kesuburan tanah.
b. Terjadinya
pemadatan tanah sehingga menyebabkan terjadinya penurunnan kapasitas infiltrasi
tanah.
c. Terjadinya pengendapan bahan endapan
pada sumber-sumber air, danau, dan bendungan sehingga terjadi pendangkalan.
d. Terjadinya banjir di bagian hilir
sungai akibat pendangkalan.
e. Memperluas daratan di bumi.
f. Erosi yang terjadi di daerah
pegunungan materialnya akan dibawa ke laut dan mengendap di dasar laut.
Peristiwa seperti ini telah berlangsung jutaan tahun lamanya sehingga endapan
yang terbentuk semakin lama semakin luas dan tebal yang akhirnya membentuk
daratan.
Dampak Pelapukan
a. Pemicu gerak massa batuan
b. Terjadinya Degradasi permukaan lahan
c. Memunculkan habitat
d. Dengan adanya pelapukan terhadap
batuan, terbentuklah tanah sehingga memunngkinkan tumbuh-tumbuhan hidup di atas
tanah tersebut
e. Rusaknya struktur batuan sehingga
terbentuk bentukan baru pada permukaan
bumi.
f.
Dampak Mass Wasting
a.
Gerak massa batuan dapat mendorong dan menyebabkan bencana
tanah longsor apabila didukung oleh terganggunya kestabilan pada tanah.
b.
Pengendapan atau
sedimentasi di daerah bagian bawah.
c.
Pembalikan lapisan
tanah
Dampak Sedimentasi
a. Terjadi pendangkalan di DAS, danau,
dan bendungan
b. Banjir akibat pendangkalan di daerah
hilir sungai
c. Pengendapan secara terus menerus
menyebabkan terbentuknya beberapa bentukan alam antara lain : kipas alluvial,
meander, dataran banjir, delta, gosong, nehrung, haff, tombolo, gurun pasir,
dan lain-lain.
KESIMPULAN
1. Bentuk lahan asal denudasional
merupakan suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan,
erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses sedimentasi yang terjadi karena
agradasi atau degradasi.
2. Ciri-ciri
dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
-Relief sangat jelas,
-Tidak ada gejala struktural
-Dapat dibedakan dengan jelas
terhadap bentuk lain
-Relief lokal, pola aliran dan
kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan bentuk lahan
-Litologi menjadi dasar pembeda
kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.
3. Bentuk lahan asal denudasional disebabkan oleh
tenaga eksogen, yaitu : Erosi, Pelapukan, dan gerak massa batuan atau mass
wasting serta pengendapan.
4. Adapun satuan bentuk lahan asal
denudasioanal adalah
-
Pegunungan denudasional
-
Perbukitan denudasional
-
Dataran nyaris (peneplain)
-
Perbukitan Sisa terpisah
-
Kerucut talus
-
Lereng kaki
-
Lahan rusak
5. Dampak dari proses eksogen adalah
membentuk lahan asal denudasional Selain itu erosi dapat mengakibatkan
penurunan produktivitas tanah, pemandatan tanah, pendangkalan pada sumber air,
perluasan daratan, dan pembalikan lapisan tanah. Untuk pelapukan mengakibatkan
rusaknya struktur batuan dan tanah, pemicu mass wasting, menimbulkan habitat
baru, dan degradasi lahan. Sedangkan mass wasting berpengaruh terhadap
terjadinya bahaya longsor, pembalikan tanah, dan sedimentasi pada bagian bawah.
Sedimentasi berdampak pada pendangkalan dan pembentukan bentukan alam yang
baru.
DAFTAR PUSTAKA
Jumat, 20 April 2012
15 januari 2013
Rabu, 05
Februari 2014
April 2, 2013
Tim dosen.2011.Gemorfologi Dasar.fakultas geografi .universitas
negeri medan
Hermanto
Gatot.2007.1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Geografi.CV
Yrama Widya:Bandung