KOMUNITAS
TIONGHOA DI SUMATERA BARAT
A.
Identitas
Buku
Judul buku : Asap
Hio di Ranah MinangKomunitas Tionghoa
Di Sumatera Barat
Penulis :
ERNIWATI
Pengantar : Bambang Purwanto
Tahun : 2006
Penerbit : Yayasan NABIL
Kota penerbit :
Yogyakarta
Jumlah Halaman : 175 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm
ISBN : 979-3472-61-8
B.
Ringkasan
Isi Buku
Masuknya masyarakat Tionghoa di latar
belakangin karena mereka ingin melakukan perdagangan dan membutuhkan
rempah-rempah yang ada di Indonesia seperti, cengkeh, pala, lada, emas, kulit manis.
Terjalinnya hubungan dagang orang Tionghoa dengan masyarakat Sumatera Barat
membuat pembangunan didaerah terpencil menjadi lebih baik karena masyarakat
Tionghoa juga memberikan dana bantuan terhadap pendidikan di Sumatera Barat.
Terbentuknya pemukiman Tionghoa di Indonesia tidak terlepas dari struktur
pemukiman yang telah terbentuk di sepanjang wilayah Asia Tenggara pada masa
lalu. Petumbuhan pemukiman Tionghoa terjadi secara pesat,ketika imigran Cina
datang seiring dengan meningkatnya kegiatan Belanda untuk mengeksploitasi
kekayaan alam Indonesia.
Pedagang Tionghoa dapat dikatakan lebih
sukses jika di bandingkan pedagang Minangkabau yang juga terkenal dengan
kehebatannya dalam berdagang. Hal ini karena masyarakat Tionghoa dalam
berdagang menggunakan system perkongsian dan memanfaatkan hubungan dagang
dengan para pejabat yang malah jarang dilakukan para pedagang pribumi. Kenapa
mereka menjalin hubungan dengan para penguasa baik dari colonial maupun dari
pribumi, hanya satu tujuan mereka yaitu masyarakat Tionghoa memerlukan
perlindungan dari hukum dan pesaing dagang mereka, sedangkan para penguasa
membutuhkan uang untuk menjaga prestise sosial mereka, maka dari hubungan
tersebut masyarakat Tionghoa memanfaatkan untuk mengembangkan aktivitas ekonomi
mereka.
Dalam konteks sosial, kehidupan orang
Tionghoa di Sumatera Barat pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan orang
Tionghoa yang tinggal di daerah lainnya di Indonesia. Mereka menganut system
kekerabatan bilineal, membentuk perhimpunan atau organisasi khusus Tionghoa
yang berdasarkan suku, perhimpunan dagang, politik, sosial, kematian,dan
organisasi untuk memperjuangkan kepentingan mereka di Sumatera Barat. Dalam
bidang pendidikan, pada mulanya anak Tionghoa tertinggal jika dibandingkan
dengan anak pribumi. Mereka mulai mendapatkan pendidikan setelah Tiong Hoa Hwe
Koan mendirikan sekolah pada tahun 1901. Dan anak –anak Tionghoa juga bisa
bersekolah yang didirikan oleh kelompok tertentu seperti yayasan Studeidfonds
Minangkabau di Fort de Kock, dan di sekolah rakyat bersama dengan anak pribumi.
Bentuk rumah tangga masyarakat Tionghoa
didasarkan pada system kekerabatan keluarga luas. Sampai akhir abad ke-19 rumah
tangga masyarakat Tionghoa masih menganut bentuk keluarga seperti ini, namun
sejak system perkampungan Tionghoa dihapuskan pada tahun 1914, lambat laun
bentuk- bentuk keluarga tadi mengalami perubahan. Dalam perkembangannya,
sebagai akibat dari adaptasi dan sosialisasi yang terjadi dengan penduduk
local, system kekerabatan yang dianut sudah cenderung kearah kekerabatan dan
leluhur pada pihak perempuan, seperti system kekeluargaan matrilineal yang
dianut oleh masyarakat Minangkabau. Bahkan kemudian banyak komunitas Tionghoa
yang menganut system kedua kekerabatan bilineal, yaitu keluarga dari pihak ayah
dan ibu adalah kerabat. System kekerabatan ini tidak berpengaruh kepada system
ahli waris yang dianut oleh orang Tionghoa di Sumatera Barat dimana warisan
tetap lebih menguntungkan patrilineal.
Dari sisi budaya, masyarakat Tionghoa di
Sumatera Barat sebagai besar masih mengembangkan kebudayaan leluhur mereka
dalam kehidupan sehari-hari, contohnya orang Tionghoa di tempat lainnya di
Indonesia, dapat dilihat dalam perayaan –perayaan hari besar dan kebudayaan
Cina yang masih tetap dilaksankan. Mereka lebih banyak menganut ajaran
Konghucu, Agama Budha dan sebagian kecil lainya menganut agama Katolik,Kristen
Protestan serta Islam.
Secara politik, masyarakat Tionghoa di
Sumatera Barat juga tidak jauh dengan masyarakt Tionghoa uang bertempat tinggal
di daerah lainnya. Salah satu contoh aktivitas politik orang Tionghoa hanya
sebatas untuk memperjuangkan kepentingan mereka dan melakukan
propaganda-propoganda untuk mengembangkan gerakan nasionalis Cina.
Dalam konteks ekonomi, keberadaan orang
Tionghoa di Sumatera Barat menjadi hal yang menarik dalam pembahasa Karena
orang Tionghoa berkembang dan beraktivitas ditengah-tengah masyarakat yang juga
memiliki kemampuan untuk bersaing di bidang ekonomi. Hal ini dapat terlihat
dari peran mereka sebagai pedagang, terutama sebagai pedagang perantara dan
eceran yang sudah di mulai sejak awal kedatangan mereka di pantai Pariaman.
Dalam segala aspek sudah kita lihat
bagaimana berkembangnya komunitas Tionghoa di Sumatera Barat, dan kita juga
melihat keunikan Tionghoa dari keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat Minangkabau yang memilki kemampuan
untuk bersaing dalam bidang ekonomi,
serta memilki budaya dan system sosial yang sulit di masukin orang asing.
Tetapi berkembangnya orang Tionghoa di tengah masyarakat Minangkabau dengan
segala strata sosial dan budaya leluhurnya, bahkan mampu menggeser kedudukan
pedagang Minangkabau tanpa menimbulkan konflik. Karena masyarakat Tionghoa
mampu bersosialisasi dengan penduduk Sumatera Barat.
Meningkatnya jumlah imigran Tionghoa ke
kawasan Asia Tenggara pada dasaranya disebabkan oleh beberapa factor yaitu
intern dan ekstren. Factor intern disamping bencana alam dan kekacauan politik
Negara yang juga menjadi factor pendorong meingkatnya imigaran Tionghoa adalah
ajaran kunfusianis tentang pengelompokan masyarakat berdasarkan potensinya.
Fakktor esktern yang mendorong peningkatan imigran Tionghoa ke Indosnesia adalah
karena dibukannya perkebunan dan pertambangan secara besar-besaran di Sumatera.
Kekurangan tenaga kerja membuat Pemerintah Hindia-Belanda mendatangkan buruh
dari cina sekitar tahun 1860-1890an.
Didalam informasi yang ada didalam buku
ini masyarakat Tionghoa pertama kali datang ke Indonesia tidak lain ingin
mengeksploitasi sumber daya alam yang
ada di Indonesia. Apalagi dengan kondisi daerah pesisir penduduk dari berbagai
suku dari pedalaman Minangkabau hidup berdampingan dengan pendatang asing
lainnya, seperti pedagang dari Cina,Arab,India,ataupun Eropa. Kemampuan orang
Tionghoa melakukan sosialisasi dengan penduduk Sumatera Barat didukung adanya
kerja sama dalam bidang perdagangan yang terjalin antara pedagang Minangkabau dan pedagang Tionghoa. Pedagang
Minangkabau membutuhkan orang Tionghoa yang memilki jaringan perdagangan
Internasional di Selat Malaka dan Batavia, selain itu orang Tionghoa juga membutuhkan
sebagai penghubung antara penduduk dengan pedagang eropa, eksportir seberang
dengan petani dan sebagai tempat untuk memperoleh barang-barang impor yang
tidak dapat di produksi sendiri.
.
C.
Penilaian
Terhadap Buku
Ø Kelemahan Buku
Pada buku Erniwati, Kajian tentang Asap
Hio di Ranah Minang,Komunitas Tionghoa Di Sumatera Barat. Dengan konsep kata
dan kalimat sebenarnya kurang dimengerti pembaca karena terlalu banyak kata-
kata istilah dalam isi buku, dan memang ada catatan kaki tetapi hampir
kebanyakan catatan kaki yang tercantum. Sehingga membuat pembaca untuk tidak
konsentrasi dalam membaca dengan harus melihat-lihat lagi catatan kaki untuk
mengetahui apa artinya. Buku ini lebih banyak mengutip dari buku lain dari pada
pemikiran atau analisa sepenulis sendiri. Sehingga kita dapat melihat analisa
penulis terhadap masalah yang ada di buku tersebut.
Jika dilihat dari isi buku kebanyakan
penulis menceritakan tentang bagaimana masuknya pemerintah Hindia –Belanda dari
pada bagaimana masuknya masyarakat Tionghoa ke Indonesia. Sehingga pembaca
harus membaca lebih detail agar inti dari berkembangnya masyarakat Tionghoa di
Sumatera Barat dapat dipahami. Menurut saya berkembangnya komunitas Tionghoa di
Sumatera Barat membuat masuknya budaya- budaya baru terhadap masyarakat Tionghoa
sendiri.
Seharusnya didalam buku tersebut lebih
banyak ditampilkan gambar agar pembaca juga melihat bagaimana perkembangan
masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat. Tetapi didalam buku sedikit sekali
gambar- gambarnya.
Ø Kelebihan Buku
Pada buku Erniwati ,bahwasanya banyak
sekali kelebihan-kelebihan pada isi buku. Informasi tentang perkembangan masyarakat Tinghoa di
Sumatera Barat begitu sangat jelas mulai dari masuknya masyarakat Tionghoa ke
Indonesia , berkembangnya di masyarakat Minangkabau dan mulai menjadi sebuah
komonitas di Sumatera Barat. Banyaknya informasi yang diberikan penulis membuat
membaca akan mengerti bahwasanya masyarakat Tionghoa mampu bersaing dagang
dengan masayarakat Minangkabau yang pada dasarnya, suku Minangkabau adalah suku
yang juga sukses dalam berdagang.
Penulisan buku tersebut sangat bagus dan
jelas, ditambah lagi penulis juga menampilkan gambar-gambar didalam buku, dan
menurut saya itu menambah dayak tarik untuk membaca dan ingin tahu bagaimana
perkembangan masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat. Didalam buku tersebut
penulis juga menceritakan dengan fakta dan benar-benar terjadi di Indonesia
ini. Masyarakat Tionghoa juga sudah menjadi masyarakat minoritas yang mendiami
Negara Indonesia, saling bergantung satu sama lain membuat hubungan masyarakat
Tionghoa dan Minangkabau menjadi erat dan saling menghargai.
Dalam buku ini juga memuat Glosarium
sebagai kamus kecil untuk meperjelas pengertian dari istilah- istilah yang ada
di dalam buku. Dengan adanya itu sangat membantu pembaca untuk menambah wawasan
tentang berkembangnya Masyarakat Tionghoa di Sumatera Barat. Didalam buku ini
juga gaya bahasa sangat bagus mudah dipahami oleh pembaca, sehingga kata-
katanya mudah dimengerti. Tidak
menyulitkan pembaca dalam membaca dan memahami isi buku.
Penulis juga menambah kan Indeks
dihalaman belakang buku dan itu sangat bagus karena menambah informasi juga
terhadap pembaca. Buku ini juga meberikan informasi kepada pembaca bagaimana
perkembangan masyarakat Tionghoa di Indonesia dan khususnya di Sumatera Barat,
itu berarti Indonesia juga memeiliki keanekaragaman suku bangsa dan budaya.
Kesimpulan
Dari
isi buku yang sudah dibaca kita dapat menyimpulkan bahwa masuknya orang
Tionghoa ke Indonesia khususnya ke Sumatera Barat itu dapat membuktikan bahwa
penduduk Indonesia menerima dan
mengahargai penduduk luar yang bertempat tinggal di Indonesia. Karena
kita manusia sebagai makhluk sosial itu saling membutuhkan satu sama lain. Berkembangnya
orang Tionghoa yang datang ke Indonesia
ternyata juga memiliki perbedaan. Perbedaannya antara lain terlihat dari
suku-suku orang Tionghoa yang di kelompokkan berdasarkan dialek bahasa. Konsep
keturunan masyarakat Tionghoa yang juga berdasarkan patrilineal, patrilokal,
dan patriakal yang mengakui hanya melalui laki-laki, sehingga garis keturunan
yang berasal dari ibu itu adalah kerabat luar.
Dalam
pembahasan juga penulis menceritkan adanya Orang Tionghoa peranakan dan mereka
bertempat tinggal di pusat kota dan berusaha dalam bidang perdagangan, sebagian
orang Tionghoa peranakan yang mengembangkan kebudayaannya sendiri yang sudah di
pengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau. Salah satu ciri orang Tionghoa perankan
di Sumatera Barat adalah bahasa yang mereka gunakan sehari-hari, yaitu bahasa Minangkabau dengan
dialek Tionghoa.
Saran
1. Seharusnya
penulis lebih menyederhanakan lagi gaya bahasa agar lebih dimengerti oleh
pembaca.
2. Lebih
banyak lagi menampilkan atau memuat gambar- gambar di dalam buku
DAFTAR
PUSTAKA
Erniwati. 2006. Asap
Hio Di Ranah Minang ,Komunitas Tionghoa Di Sumatera Utara. Ombak: yayasan NABIL