Minggu, 14 Februari 2016

Denudasional



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lereng kaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan struktural denudasional.

            Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai. 

            Proses denudasional dimaksudkan besarnya/volume material permukaan bumi yang lepas dan terangkut oleh berbagai tenaga gemorfologi persatuan luas dlam waktu tertentu. Proses –proses tersebut dapat berupa erosi dan gerak massa batuan. Dengan demikian maka daerah yang ditinggalkan oleh material tersebut maupun daerah hasil deposisi material akibat gravitasi dikenal sebgai fenomena permukaan bumi yang terdenudasi.





B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi bentuk lahan denudasional?
2.      Bagaimana ciri-ciri dari bentuk lahan tersebut?
3.      Bagaimana proses bentuk lahan denudasional?
4.      Apa saja satuan bentuk lahan denudasional ?
5.      Apa saja dampak proses bentuk lahan denudasional ?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui definisi bentuk lahan denudasional
2.      Mengetahui cirri-ciri dari bentuk lahan tersebut
3.      Mengetahui proses bentuk lahan denudasional
4.      Mengetahui satuan bentuk lahan denudasional
5.      Mengetahui dampak proses bentuk lahan denudasional




BAB II

PEMBAHASAN

A.   Definisi  Bentuk Lahan Denudasional

Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.M. W. Davis mengemukakan adanya3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya factor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium muda, stadium dewasa, stadium tua.
Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan struktural denudasional.
Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan

B.     Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional
          Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
A.    Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
B.     Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
C.     Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
D.     Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untu
merinci satuan bentuk lahan
E.      Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.     Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

C.    Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional
    Denudasi meliputi proses :
1.    Pelapukan ( Weathering)
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan.

Faktor-faktor yang memepegaruhi :
1.      Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan).
Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
2.       Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.
Contoh:
-Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.
3.       Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.
-    Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
4.       Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.


2.     Erosi dan Gerak Massa Batuan ( Mass  Wasting )

Gerakan Massa Batuan ( mass wasting )yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi. Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara lain:
1.       Kemiringan lereng,
Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar peluang terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.
2.       Relief lokal,
Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah, perbukitan mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.
3.      Ketebalan hancuran batuan(debris) diatas batuan dasar,
Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal hancuran batuan yang berada diatas batuan dasar, makin besar pula peluang untuk terjadinya Mass Wasting, karena permukaan yang labil makin besar pula.
4.       Orientasi bidang lemah dalam batuan
Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan, karena orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi yang lapuk akan bergerak.

5.       Iklim
Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass wasting.

Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, es, angin, dan gravitasi. Karena itu, berdasarkan penyebabnya erosi dapat disebabkan oleh air, gelombang air laut, es atau gletser, angin, dan gravitasi.
Ø  Erosi oleh air
Air mampu membawa partikel-partikel batuan atau tanah dan memindahkannya ke tempat lain. Air hujan mampu menghancurkan tanah dan membawanya ke tempat yang lebih rendah. Air hujan yang terkumpul dan membentuk sungai juga mampu mengerosi tanah pada bagian dasar dan tebingnya sehingga terbentuk parit dan sungai yang lebih besar.
Di pantai, gelombang air laut juga dapat mengerosi pantai sehingga garis pantai semakin mundur ke arah daratan. Erosi oleh gelombang laut di daerah pantai ini dikenal dengan istilah abrasi. Hasil abrasi dapat berbentuk dinding pantai yang curam (cliff), dataran abrasi, relung (lekukan pada dinding cliff), batu layar (stack), dan gua pantai (sea cave).
Ø   Erosi oleh angin
Erosi oleh angin ini melibatkan dua proses, yaitu hilang atau pindahnya partikel-partikel yang sangat halus oleh angin (deflasi) dan rusaknya permukaan batuan oleh hantaman partikel-partkel yang terbawa bersama-sama dengan angin (aeolian abration). Erosi yang disebabkan oleh angin ini banyak terjadi di daerah gurun. Bentuk yang dapat dijumpai sebagai hasil pengerjaan oleh angin tersebut adalah berupa batu jamur.
Ø  Erosi oleh es atau gletser
Aliran es yang mencair dapat mengakibatkan erosi pada permukaan tanah atau batuan yang dilaluinya. Selain oleh es itu sendiri, aliran ini juga membawa batuan-batuan hasil pelapukan yang bertumbukan dengan permukaan tanah atau batuan yang dilaluinya.


3.     Proses Pengendapan ( Sedimentasi )
Sedimentasi adalah proses pengendapan material hasil erosi air, angin, gelombang laut dan gletsyer. Material hasil erosi yang diangkut oleh aliran air akan diendapakan di daerah yang lebih rendah. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. sedimentasi dapat dibedakan: a.sedimentasi air terjadi di sungai. b.sedimentasi angi biasanya disebut sedimentasi aeolis c.sedimentasi gletser mengahasilkan drumlin,moraine,ketles,dan esker.
Macam- macam Sedimentasi :
a.       Sedimentasi oleh air
b.      Sedimentasi oleh angin
c.       Sedimentasi oleh gletser
D.    Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasional
1.      Pegunungan Denudasional
            Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
2.        Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.



3.       Dataran Nyaris (Peneplain)
 Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.




4.      Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop).
 Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
clip_image008
5.        Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
 Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
6.      Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
7.       Lahan Rusak (Bad land)
 Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
8.       Rombakan Kaki Lereng
Rombakan kaki lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki jurang/tebing lereng.

E.     Dampak Proses Bentuk Lahan Asal Denudasional
  Proses bentuk lahan denudasional adalah erosi, mass wasting, dan juga pelapukan. Ketiga proses tersebut memberikan dampak atau pengaruh bagi lahan di permukaan bumi. Selain, menyebabkan terbentuknya lahan baru seperti yang telah dijelaskan di atas (contoh satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses tersebut juga membawa dampak lain.
Dampak Erosi
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas, diantaranya :
a.       Penurunan Produktivitas tanah akibat hilangnya bahan organik yang terkandung di dalam tanah. Bahan organik tersebut merupakan bahan utama penentu kesuburan tanah.
b.      Terjadinya pemadatan tanah sehingga menyebabkan terjadinya penurunnan kapasitas infiltrasi tanah.
c.       Terjadinya pengendapan bahan endapan pada sumber-sumber air, danau, dan bendungan sehingga terjadi pendangkalan.
d.      Terjadinya banjir di bagian hilir sungai akibat pendangkalan.
e.       Memperluas daratan di bumi.
f.       Erosi yang terjadi di daerah pegunungan materialnya akan dibawa ke laut dan mengendap di dasar laut. Peristiwa seperti ini telah berlangsung jutaan tahun lamanya sehingga endapan yang terbentuk semakin lama semakin luas dan tebal yang akhirnya membentuk daratan.
Dampak Pelapukan
a.       Pemicu gerak massa batuan
b.       Terjadinya Degradasi permukaan lahan
c.       Memunculkan habitat
d.      Dengan adanya pelapukan terhadap batuan, terbentuklah tanah sehingga memunngkinkan tumbuh-tumbuhan hidup di atas tanah tersebut
e.       Rusaknya struktur batuan sehingga terbentuk  bentukan baru pada permukaan bumi.
f.        
Dampak Mass Wasting
a.       Gerak massa batuan dapat mendorong dan menyebabkan bencana tanah longsor apabila didukung oleh terganggunya kestabilan pada tanah.
b.       Pengendapan atau sedimentasi di daerah bagian bawah.
c.        Pembalikan lapisan tanah
Dampak Sedimentasi
a.       Terjadi pendangkalan di DAS, danau, dan bendungan
b.      Banjir akibat pendangkalan di daerah hilir sungai
c.       Pengendapan secara terus menerus menyebabkan terbentuknya beberapa bentukan alam antara lain : kipas alluvial, meander, dataran banjir, delta, gosong, nehrung, haff, tombolo, gurun pasir, dan lain-lain.


KESIMPULAN
1. Bentuk lahan asal denudasional merupakan suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses sedimentasi yang terjadi karena agradasi atau degradasi.
2. Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
-Relief  sangat jelas,
-Tidak ada gejala struktural
-Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
-Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan bentuk lahan
-Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.
3. Bentuk lahan asal denudasional disebabkan oleh tenaga eksogen, yaitu : Erosi, Pelapukan, dan gerak massa batuan atau mass wasting serta pengendapan.
4. Adapun satuan bentuk lahan asal denudasioanal adalah
-       Pegunungan denudasional
-       Perbukitan denudasional
-       Dataran nyaris (peneplain)
-       Perbukitan Sisa terpisah
-       Kerucut talus
-       Lereng kaki
-       Lahan rusak
5. Dampak dari proses eksogen adalah membentuk lahan asal denudasional Selain itu erosi dapat mengakibatkan penurunan produktivitas tanah, pemandatan tanah, pendangkalan pada sumber air, perluasan daratan, dan pembalikan lapisan tanah. Untuk pelapukan mengakibatkan rusaknya struktur batuan dan tanah, pemicu mass wasting, menimbulkan habitat baru, dan degradasi lahan. Sedangkan mass wasting berpengaruh terhadap terjadinya bahaya longsor, pembalikan tanah, dan sedimentasi pada bagian bawah. Sedimentasi berdampak pada pendangkalan dan pembentukan bentukan alam yang baru.



                                                     DAFTAR PUSTAKA

Jumat, 20 April 2012
15 januari 2013
Rabu, 05 Februari 2014
April 2, 2013
Tim dosen.2011.Gemorfologi Dasar.fakultas geografi .universitas negeri medan
Hermanto Gatot.2007.1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Geografi.CV Yrama Widya:Bandung